Kamis, 05 Juni 2014

Tatacara Pelunasan Cukai

Tatacara Pelunasan Cukai


1. Konsep Pelunasan Cukai

a. Saat Terutang Cukai

Konsep dasar yang harus diketahui berkaitan dengan pelunasan cukai adalah kapan saat terutang cukai itu.
Dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang Cukai dinyatakan bahwa:
  1. BKC yang dibuat di Indonesia terutang cukai saat selesai dibuat menjadi BKC
  2. BKC yang berasal dari impor terutang cukai pada saat pemasukannya ke dalam Daerah Pabean Indonesia. 

Penjelasan:

Point (1)
Maksud dari istilah saat selesai dibuat adalah saat proses pembuatan BKC itu selesai dengan tujuan untuk dipakai.
Pengertian saat selesai dibuat untuk masing-masing BKC tersebut sebagai berikut :

  1. BKC berupa Etil Alkohol (C2H5OH), saat EA menetes dari tangki-tangki produksi untuk           ditempatkan kedalam wadah penampngan atau tangki penyimpanan.
  2. BKC berupa Minuman Mengandung Etil Alkohol, saat MMEA tersebut keluar dari keran-keran produksi untuk ditempatkan kedalam wadah penampungan atau langsung dalam kemasan penjualan eceran.
  3. BKC berupa Hasil Tembakau, saat proses produksi hasil tembakau menghasilkan produk hasil tembakau yang siap untuk dikonsumsi. 
Apabila BKC yang ada di dalam pabrik dikonsumsi sebelum dikeluarkan dari pabrik, pengusaha wajib melunasi hutang cukai yang timbul atas BKC yang selesai dibuat tersebut. Untuk memudahkan pengawasan pejabat Bea Cukai, pengusaha pabrik wajib untuk melaporkan jumlah cukai yang diproduksi setiap harinya 
dengan menggunakan dokumen CK-4. 

Point (2)
Pengertian  saat terutang cukai untuk BKC impor adalah saat masuk ke dalam Daerah Pabean Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Kepabeanan Indonesia.

b. Saat Pelunasan Cukai

Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-undang Cukai menyatakan bahwa
  1. Untuk BKC yang dibuat di Indonesia, pelunasan cukainya dilakukan pada saat pengeluaran BKC dari pabrik atau Tempat Penyimpanan.
  2. Untuk BKC impor, pelunasan cukainya dilakukan pada saat dikeluarkan dari kawasan pabean untuk impor pakai.

Pelunasan untuk kedua BKC diatas dilakukan dengan:
1. Pembayaran.
2. Pelekatan Pita Cukai
3. Pembubuhan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya.

Apabila kedapatan bahwa ada BKC yang dikeluarkan tanpa dokumen yang jelas, dianggap sebagai suatu pelanggaran (Pasal 52 atau Pasal 54 ayat 4)

2. Pelunasan Cukai dengan Cara Pembayaran

Pelunasan dengan cara pembayaran dilakukan atas BKC berupa :
a) MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai 5% (lima persen).
b) Etil Alkohol

Pembayaran cukai MMEA dalam negeri yang kadar EA sampai 5% atau EA yang dibuat di Indonesia dilakukan secara tunai melalu Bakn Persepsi atau Kantor Pos Persepsi. Dikecualikan bagi Pengusaha Pabrik yang mendapat fasilitas kemudahan pembayaran secara bekala. Khusus untuk cukai EA impor dilakukan melalui Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi.

3. Pelunasan Cukai dengan Cara Pelakatan Pita Cukai

a. BKC yang Pelunasannya dengan Cara Pelekatan Pita Cukai

Pelunasan dengan cara pelekatan pita cukai dilakukan atas BKC berupa :
  1. Hasil Tembakau (dalam negeri atau impor)
  2. MMEA impor untuk dipakai di Daerah Pabean Indonesia
  3. MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol melebihi 5% (lima persen)
Pelekatan pita cukai oleh Pengusaha Pabrik dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang cukai, sebelum HT atau MMEA dikeluarkan dari pabrik. Sedangkan, pelekatan pita cukai oelh importir dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang cukai sebelum diterbitkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB).

Lokasi Pelekatan Pita Cukai

Proses pelekatan pita cukai harus dilakukan di tempat yang mendapat pengawasan Bea dan Cukai.
Lokasi pelekatan pita cukai dapat dilaksanakan di tempat-tempat berikut ini :
  1. HT dan MMEA dalam negeri dilakukan di dalam pabrik yang bersangkutan.
  2. HT dan MMEA impor dapat dilakukan di negara asal barang, Tempat Penimbunan Sementara (TPS), dan/atau Tempat Penimbunan Berikat (TPB).
Ketentuan Pelekatan Pita Cukai

Ketentuan pita cukai untuk MMEA impor atau yang dibuat di Indonesia dengan kadar etil alkohol melebihi 5% adalah :
  1. sesuai dengan Tarif Cukai dan Kadar etil alkohol pada isi kemasan;
  2. merupakan hak importir BKC atau Pengusaha Pabrik yang bersangkutan dan sesuai peruntukannya;
  3. utuh, tidak rusak, dan/atau bukan bekas pakai;
  4. tidak lebih dari satu keping;
  5. dilekatkan pada tempat pembuka kemasan atau tempat lain sehingga pita cukai akan rusak apabila tutup kemasan dibuka;
  6. harus menggunakan bahan perekat yang kuat sehingga tidak mudah dilepaskan dari kemasan dalam keadaan utuh;
  7. dilekatkan tidak melebihi batas waktu pelekatan pita cukai yang ditetapkan.
Untuk ketentuan pelekatan pita cukai Hasil Tembakau baik yang diimpor maupun yang dibuat di dalam negeri hampir sama dengan ketentuan untuk pelekatan pita cukai MMEA diatas.

Apabila pita cukai tidak dilekatkan sesuai dengan ketentuan diatas, cukai dianggap tidak dilunasi. Disamping beberapa hal diatas, pelekatan pita cukai oleh Pengusaha Pabrik atau Importir juga harus memenuhi ketentuan waktu pelekatan, sebagai berikut;
  • dalam hal pergantian tahun anggaran atau desain, pelekatan pita cukai harus dilakukan paling lambat tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah pergantian tahun anggaran atau desain yang baru.

  • dalam hal terdapat perubahan kebijakan di bidang tarif dan/atau HJE, atas pita cukai yang dipesan sebelum berlakunya perubahan, pelekatan pita cukai dilakukan paling lambat tanggal 1 (satu)bulan berikutnya setelah diberlakukan perubahan.

  • dalam hal pelekatan pita cukai dilakukan di luar negeri, importasi dilakukan paling lambat tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah pergantian tahun anggaran dan/atau setelah perubahan desain yang baru yang dibuktikan dengan tanggal manifest kedatangan sarana pengangkut ( inward manifest BC 1.1 )


4. Pembubuhan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya

Cara pelunasan cukai yang ketiga sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 Undang-undang Cukai adalah dengan pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya. Pada dasarnya mekanisme menggunakan pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya ini adalah bentuk antisipasi pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi pelunasan pada masa yang akan datang. Saat ini, teknologi sekuriti yang lazim dipergunakan adalah barcode atau hologram sehingga suatu produk tidak dapat dengan mudah dipalsukan. Ke depan, pemerintah dapat saja menggunakan sistem pelunasan cukai menggunakan barcode atau hologram.

Pelunasan cukai dengan cara pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya, dilakukan sebelum BKC dikeluarkan dari Pabrik, TPS, TPB, atau Tempat pembuatan BKC di luar negeri. Hal-hal yang menyangkut lokasi pembubuhan dan ketentuan yang harus dipenuhi pada dasarnya hampir sama dengan mekanisme pelunasan dengan cara pelekatan pita cukai.


sumber : Bahan ajar teknis cukia (surono)